Riyadhus Shalihin 51 / 372 |
51 - باب الرجاء Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas dalam mencelakakan dirinya sendiri -yang berlebih-lebihan dalam melakukan kemaksiatan-, janganlah engkau semua berputus asa dari rahmat Allah -yakni dari pengampunanNya-, sesungguhnya Allah itu dapat mengampuni segala macam dosa, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (az-Zumar: 53) Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan Kami tidak akan memberikan pembalasan, melainkan kepada orang yang sangat keras kepala." (Saba': 17) Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksaan itu adalah untuk orang yang mendustakan dan membelakang tidak suka menerima petunjuk Allah." (Thaha: 48) Juga Allah Ta'ala berfirman: "Dan rahmatKu melebar -meliputi- segala sesuatu." (al-A'raf: 156) Keterangan: Judul dalam bab ini ialah "Mengharapkan", maksudnya mengharapkan agar supaya kita mendapatkan keridhaan, kerahmatan, kasih sayang serta pengampunan dari Allah Ta'ala. Seorang yang mengharapkan sebagaimana di atas itu dari Allah Ta'ala ada kalanya disertai dengan amal perbuatan yang menyebabkan dapat dikabulkan permohonannya itu oleh Allah, tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Jadi hanya mengharapkan saja tanpa berbuat sesuatu yang menyebabkan terkabulnya. Mengharapkan sebagaimana yang tersebut pertama itu disebut Raja' sedang yang kedua disebut Tamanni. Secara ringkasnya, apabila kita mengharapkan keselamatan di dunia dan akhirat dan kita sertai amal perbuatan yang nyata, memenuhi apa-apa yang diperintahkan oleh Allah, meninggalkan apa-apa yang dilarang olehNya, segala kewajiban yang dibebankan kepada kita, baik terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat kita penuhi maka insya Allah terkabullah harapan kita dan di akhirat akan kita temui pula pahalanya yakni masuk dalam syurga. Sebaliknya kalau semua itu tidak kita laksanakan, apalagi jika ditambah dengan mengerjakan kemungkaran dan kemaksiatan, kemudian mengharapkan pengampunan Allah, maka jangan diharap akan dikabulkan bahkan sebaliknya, yaitu di dunia hati kita tidak tenang dan selalu gelisah, sedang azab Allah di akhirat sudah menanti-nantikan yaitu dilemparkan ke dalam api neraka. Jadi yang wajib kita lakukan ialah Raja' dan bukannya Tamanni. 411. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menyaksikan -bersaksi- bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,dan bahwasanya Muhammad adalah hambaNya serta RasulNya, dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan RasulNya serta kalimatNya diberikan kepada Maryam -karena wujudnya itu tanpa ayah, juga sebagai ruh daripadaNya- karena dapat menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah, menyaksikan pula bahwa syurga dan neraka itu benar adanya, maka orang yang sedemikian itu akan dimasukkan oleh Allah ke dalam syurga sesuai dengan amalan yang dilakukan olehnya."(Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Barangsiapa yang menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah maka Allah mengharamkan ia masuk neraka." 412. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Allah Azzawajalla berfirman -dalam hadis Qudsi: "Barangsiapa yang datang -mengerjakan- kebaikan, maka baginya adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang -melakukan- kejelekan balasannya kejelekan ialah kejelekan yang seperti itu atau Aku ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu, tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan olehnya." (Riwayat Muslim) Keterangan: Makna hadis di atas ialah barangsiapa yang mendekat kepadaKu dengan melakukan ketaatan, maka Aku akan mendekatinya dengan memberikan kerahmatanKu, jikalau itu ditambah oleh orang itu, maka kerahmatan itu pun Kutambahkan. Jikalau seorang itu datang padaKu dengan berjalan dan bergegas-gegas dalam melakukan ketaatan padaKu, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas pula yakni bahwa Aku akan menuangkan padanya kerahmatan yang berlimpah-ruah dan Aku mendahuluinya untuk melakukan itu dan Aku tidak memerlukan supaya ia berjalan terlalu banyak untuk dapat sampai kepada yang dimaksudkan itu. Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrahnya, tetapi dengan dhammah adalah lebih shahih dan lebih tersohor, sedang maknanya ialah sesuatu yang hampir sepenuh bumi. Wallahu a'lam. 413. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada seorang A'rab -orang Arab dari pedalaman- datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam syurga -jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam neraka -jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka." (Riwayat Muslim) 414. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. dan Mu'az ada di belakangnya sama-sama menaiki suatu kendaraan. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah, wa sa'daik," -ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang amat sopan sekali. Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa sa'daik." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa sa'daik." Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba pun yang menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka." Mu'az berkata: "Ya Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia, supaya mereka itu ikut bergembira?" Beliau s.a.w. menjawab: "Kalau itu diberitahukan tentu orang-orang akan hanya bertawakal saja -yakni tanpa beramal ibadah dan merasa akan selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh sebab itu Mu'az memberitahukan sabda beliau s.a.w. ini sewaktu hendak matinya saja karena takut berdosa." (Muttafaq 'alaih) Perkataan Anas r.a.: Ta-atstsuman yaitu takut berdosa karena menyimpan ilmu ini -yakni apa-apa yang diterima dari Nabi s.a.w. itu. 415. Dari Abu Hurairah r.a. atau dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhuma -yang merawikan Hadis ini ragu-ragu apakah dari Abu Hurairah atau dari Abu Said, tetapi keragu-raguan semacam ini tidak membahayakan shahihnya hadis dalam diri sahabat, sebab semua itu adalah orang-orang adil, katanya: "Ketika terjadi perang Tabuk, maka orang-orang sama menderita kelaparan, lalu mereka berkata: "Ya Rasulullah bagaimana andaikata Tuan izinkan saja kita menyembelih unta-unta kita, kemudian kita dapat bersama-sama makan dan berminyak -dengan lemaknya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Lakukanlah itu -yakni sembelihlah-." Kemudian datanglah Umar r.a. lalu berkata: "Ya Rasulullah, jikalau Tuan membolehkan itu dilaksanakan, maka berkuranglah kendaraan yang dapat dinaiki, tetapi panggillah orang-orang itu dengan membawa sisa-sisa bekalnya sendiri, kemudian berdoalah kepada Allah untuk mereka agar mendapatkan keberkahan, barangkali Allah akan memberikan keberkahan dalam makanan mereka." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ya." Beliau s.a.w. meminta didatangkan selembar kulit kering kemudian dibeberkannya, lalu menyuruh orang-orang itu meletakkan sisa-sisa bekalnya. Di situ ada seorang yang datang dengan membawa segenggam gandum, yang lainnya datang dengan segenggam kurma, yang lainnya pula dengan sekerat roti, sehingga berkumpullah di atas kulit tadi sekadar makanan yang amat sedikit. Selanjutnya Rasulullah mendoakan agar makanan itu mendapatkan keberkahan Allah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ambillah itu di masing-masing wadahmu." Orang-orang sama mengambilnya di wadahnya sendiri-sendiri sehingga tidak sebuah wadah pun yang mereka tinggalkan di kalangan tentera itu melainkan sudah diisi penuh-penuh. Mereka dapat makan sampai kenyang dan masih ada sisa kelebihannya. Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah Rasulullah. Tiada seorang hamba pun yang menemui kedua kalimat syahadat itu -setelah matinya nanti-, sedangkan ia tidak ragu-ragu, lalu ditolak dari masuk syurga -maksudnya orang yang diketahui mempunyai keyakinan yang mantap mengenai dua kalimat syahadat itu, pasti tidak terhalang untuk masuk syurga-." (Riwayat Muslim) 416. Dari 'Itban bin Malik r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar, katanya: "Saya shalat sebagai imam untuk kaumku yaitu Bani Salim. Antara tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu. Oleh sebab itu saya datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu saya berkata kepadanya: "Sesungguhnya saya ini sudah kurang terang penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada diantara tempatku dengan tempat kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka sukarlah bagiku untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku lalu bershalat di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan sebagai tempat bershalat." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan saya lakukan permintaanmu itu." Maka besoknya datanglah Rasulullah s.a.w. di tempatku bersama Abu Bakar r.a. sesudah tinggi hari -yakni tengah siang-. Rasulullah s.a.w. meminta izin masuk lalu saya izinkan, tetapi beliau tidak suka duduk sehingga akhirnya berkata: "Di manakah tempat yang engkau inginkan supaya saya bershalat dirumahmu ini?" Saya menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bershalat di situ. Rasulullah s.a.w. lalu berdiri, kemudian bertakbir dan kita berbaris di belakangnya. Beliau s.a.w. bershalat dua rakaat kemudian bersalam dan kitapun bersalam pula ketika beliau bersalam. Seterusnya beliau s.a.w. saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah yang sengaja dibuat untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar bahwasanya Rasulullah ada di rumahku, lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari para penduduknya itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak mengetahuinya." Lelaki lain berkata: "Ia memang seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan RasulNya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah engkau ketahui bahwa ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata mencari keridhaan Allah Ta'ala?" Orang itu berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan kecintaannya dan tidak pula pembicaraannya melainkan condong kepada kaum munafik saja." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk masuk neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari semata-mata keridhaan Allah." (Muttafaq 'alaih) 'Itban dengan kasrahnya 'ain muhmalah dan sukunnya ta' mutsannat, yakni bertitik dua di atas dan sesudahnya itu ada ba' muwahhadah. Khazirah dengan kha' mu'jamah dan zai ialah tepung yang dimasak dengan lemak. Adapun tsaba rijalun dengan tsa' mutsallatsah artinya ialah datang dan berkumpul semua orang-orang lelaki itu. 417. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Kepada Rasulullah s.a.w. disampaikanlah tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang wanita dari golongan kaum tawanan itu berjalan ketika menemukan seorang anak yang juga termasuk dalam kelompok tawanan tadi. Wanita itu lalu mengambil anak tersebut lalu diletakkannya pada perutnya, kemudian disusuinya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua dapat mengira-ngirakan bahwa wanita ini akan sampai hati meletakkan anaknya dalam api?" Kita -yakni para sahabat- menjawab: "Tidak, demi Allah -maksudnya wanita yang begitu sayang pada anaknya, tidak mungkin akan sampai meletakkan anaknya dalam api." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu lebih kasih sayang kepada sekalian hamba-hambaNya daripada kasih sayangnya wanita ini kepada anaknya." (Muttafaq 'alaih) 418. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika Allah menciptakan semua makhluk, maka ditulislah olehNya dalam suatu kitab, maka kitab itu ada di sisiNya di atas 'Arasy, yang isinya: Bahwasanya kerahmatanKu itu dapat mengalahkan kemurkaanKu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Telah mengalahkan kemurkaanKu" dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: "Telah mendahului kemurkaanKu." -maksudnya bahwa kerahmatan itu jauh lebih besar daripada kemurkaanNya. (Muttafaq 'alaih) Keterangan: Maksudnya "KerahmatanKu itu mengalahkan atau mendahului kemurkaanKu" itu ialah bahwa kemurkaan Allah Ta'ala ataupun keridhaanNya itu kembali kepada pengertian iradah yakni kehendak Allah sendiri. Jadi sudah menjadi kehendak Allah bahwa pahala itu tentulah diberikan kepada orang yang mentaatiNya, sedangkan seorang hamba Allah yang memperoleh kemuliaan dari Allah itu berarti mendapatkan keridhaan serta kerahmatanNya. Sebaliknya jika Allah berkehendak menyiksa orang yang melakukan kemaksiatan itupun sudah sepatutnya, sedang kehinaan yang diterima oleh manusia semacam itulah yang dinamakan kemurkaan Allah. Jadi pengertian mendahului dan mengalahkan di sini ialah karena banyaknya kerahmatan dan apa saja yang terkandung dalam makna rahmat atau kasih sayang Allah itu. 419. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah menjadikan kerahmatan itu sebanyak seratus bagian, olehNya ditahanlah yang sembilan puluh sembilan dan diturunkanlah ke bumi yang satu bagian saja. Maka dari kerahmatan yang satu bagian itu sekalian makhluk dapat saling sayang-menyayangi, sehingga seekor binatangpun pasti mengangkat kakinya dari anaknya karena takut kalau akan mengenai -menginjak- anaknya itu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki sebanyak seratus kerahmatan dan olehNya diturunkanlah satu bagian dari seratus kerahmatan itu untuk diberikan kepada golongan jin, manusia, binatang dan segala yang merayap. Maka dengan satu kerahmatan itu mereka dapat saling kasih mengasihi, dengannya pula dapat sayang menyayangi, bahkan dengannya pula binatang buas itu menaruh iba hati kepada anaknya. Allah mengakhirkan yang sembilan puluh sembilan kerahmatan itu yang dengannya Allah akan merahmati hamba-hambaNya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih) Juga diriwayatkan Hadis seperti itu dari riwayat Salman al-Farisi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu memiliki seratus kerahmatan, maka diantara seratus itu ada satu bagian kerahmatan yang dengannya sekalian makhluk dapat saling kasih-mengasihi antara sesamanya, sedang yang sembilan puluh sembilan untuk hari kiamat nanti." Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Allah itu di waktu menciptakan semua langit dan bumi, diciptakan pula olehNya seratus kerahmatan, setiap -satu- kerahmatan itu dapat merupakan tutup yang memenuhi alam diantara langit dan bumi. [43]Kemudian dari seratus tadi yang satu kerahmatan dijadikan untuk diletakkan di bumi, maka dengan satu kerahmatan inilah seorang ibu dapat mengasihi anaknya, binatang buas dan burung, sebagian kepada setengah yang lainnya. Selanjutnya apabila telah tiba hari kiamat, Allah akan menyempurnakan dengan kerahmatan ini -yakni dilengkapkan menjadi seratus penuh." 420. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. dalam suatu riwayat yang diceritakannya dari Tuhannya yakni Allah Ta'ala sabdanya: "Jikalau seorang hamba itu melakukan suatu dosa lalu ia berkata: "Ya Allah, ampunilah dosaku," maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta'ala: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa, lalu ia mengerti bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu." Kemudian apabila hamba itu mengulangi untuk berbuat dosa lagi, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi ia tetap mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu." Seterusnya apabila hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi ia mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah ia berbuat sekehendak hatinya." (Muttafaq 'alaih) Firman Allah Ta'ala: Falyaf'al ma-sya'a yakni bolehlah ia mengerjakan sekehendak hatinya itu maksudnya ialah selama melakukan yang sedemikian itu yakni melakukan dosa lalu segera bertaubat, maka Aku -Allah- mengampuninya, sebab sesungguhnya taubat itu dapat melenyapkan dosa-dosa yang sebelumnya. 421. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, sesungguhnya Allah akan melenyapkan engkau semua, lalu mendatangkan suatu kaum lain yang melakukan dosa kemudian mereka meminta pengampunan kepada Allah Ta'ala, lalu Allah mengampuni mereka itu." (Muttafaq 'alaih) 422. Dari Abu Ayyub, yaitu Khalid bin Zaid r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, sesungguhnya Allah akan menciptakan suatu makhluk baru yang melakukan dosa, lalu mereka memohonkan pengampunan padaNya, kemudian Allah mengampuni mereka itu." (Riwayat Imam Muslim) 423. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kita semua pada suatu ketika duduk-duduk bersama-sama Rasulullah s.a.w., juga menyertai kita Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma dalam suatu kelompok -antara tiga sampai sembilan orang. Kemudian berdirilah Rasulullah s.a.w. meninggalkan kita semua, tetapi agak lambat datangnya kembali. Kita semua takut kalau-kalau akan terputuskan dari kita -maksudnya takut kalau-kalau Beliau memperoleh bahaya-, maka dari itu kita semua menjadi takut dan kitapun berdiri. Saya -yakni Abu Hurairah r.a.- adalah pertama-tama orang yang merasa takut itu. Maka keluarlah saya untuk mencari Rasulullah s.a.w., sehingga sampailah saya di suatu dinding milik orang Anshar -Abu Hurairah lalu menceritakan Hadis ini yang agak panjang, sehingga pada sabda Nabi s.a.w., yaitu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pergilah, maka setiap orang yang engkau temui di balik dinding ini, asalkan ia menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dengan hatinya yang benar-benar meyakinkan sedemikian itu, maka berilah kabar gembira bahwa ia akan masuk syurga." (Riwayat Muslim) 424. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. membaca firman Allah Azzawajalla mengenai riwayat Nabi Ibrahim a.s., yaitu -yang artinya-: "Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu menyesatkan sebagian besar manusia, maka barangsiapa yang mengikuti aku, maka sesungguhnya ia adalah termasuk dalam golonganku," sampai akhirnya ayat [44] Nabi Isa a.s. -juga diceritakan dalam firman Allah yang artinya-: "Jikalau Engkau -ya Tuhan- menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hambaMu sendiri dan jikalau Engkau memberi pengampunan kepada mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana.[45] Beliau s.a.w. lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "Ya Allah, umatku, umatku," dan terus menangis. Kemudian Allah Azzawajalla berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke Muhammad -dan Tuhanmu sebenarnya adalah lebih mengetahui sebabnya- lalu tanyakanlah padanya, apa yang menyebabkan ia menangis?" Nabi s.a.w. didatangi oleh Jibril lalu Rasulullah s.a.w. memberitahukan apa yang telah diucapkannya, sedangkan Allah adalah lebih Maha Mengetahui. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke Muhammad dan katakanlah: "Sesungguhnya Kami akan memberikan keridhaan pada umatmu dan Kami tidak akan membuat keburukan padamu -yakni membuat engkau menjadi susah -sedih-." (Riwayat Muslim) 425. Dari Mu'az bin Jabal r.a., katanya: "Saya ada di belakang Nabi s.a.w. ketika menaiki seekor keledai, lalu beliau s.a.w. bertanya: "Hai Mu'az, adakah engkau tahu, apakah haknya Allah atas sekalian hambaNya dan apakah haknya hamba-hamba itu atas Allah?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya haknya Allah atas semua hamba-hambaNya ialah supaya mereka itu menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, sedang haknya hamba-hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa saja yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah itu." Saya lalu berkata: "Bukankah baik sekali jikalau berita gembira ini saya beritahukan kepada seluruh manusia?" Beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau memberitakan ini kepada mereka sebab mereka nantinya akan menyerah bulat-bulat -tanpa suka beramal." (Muttafaq 'alaih) 426. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seorang Muslim itu apabila ditanya dalam kubur, maka ia akan menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Yang sedemikian itu adalah sesuai dengan firmannya Allah Ta'ala -yang artinya: "Allah memberikan ketetapan -keteguhan- kepada orang-orang yang beriman dengan ucapan yang mantap, baik di dalam kehidupan dunia ini, maupun dalam akhirat." (Muttafaq 'alaih) 427. Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya orang kafir itu apabila melakukan sesuatu amal kebaikan, maka dengannya itu ditujukan untuk didapatkannya sesuatu makanan di dunia -yakni tujuannya semata untuk memperoleh rezeki di dunia saja, sedangkan orang mu'min, maka sesungguhnya Allah Ta'ala memberikan simpanan untuknya berupa beberapa kebajikan di akhirat dan diikutkan pula dengan memperoleh rezeki di dunia dengan sebab ketaatannya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang mu'min akan kebaikannya, dengannya itu akan diberikan rezeki di dunia dan dengannya pula akan diberi balasan baik di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia akan diberi makan -yakni rezeki- dengan kebaikan-kebaikan yang merupakan hasil amalannya karena Allah Ta'ala di dunia, sehingga apabila ia telah menjadi -yakni memasuki- ke akhirat, maka sama sekali tidak ada lagi kebaikan baginya yang dapat diberikan balasannya." (Riwayat Muslim) 428. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan shalat-shalat lima waktu itu adalah seperti sungai yang mengalir secara melimpah ruah pada pintu rumah seorang dari engkau semua. Ia mandi di situ setiap hari lima kali." (Riwayat Muslim) 429. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang muslimpun yang meninggal dunia, kemudian berdiri untuk menyembahyangi jenazahnya itu sebanyak empat puluh orang yang semuanya tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, melainkan Allah akan mengaruniakan syafaat kepada orang yang mati tadi." (Riwayat Muslim) 430. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Kita semua berada bersama-sama Rasulullah s.a.w. dalam sebuah kemah, kira-kira ada empat puluh orang, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Relakah engkau semua jikalau engkau semua -umat Muhammad semuanya ini- menjadi seperempatnya ahli syurga?" Kita semua menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. bersabda pula: "Relakah engkau semua kalau menjadi sepertiga ahli syurga." Kita semua menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya saya mengharapkan kalau engkau semua itu akan menjadi setengahnya ahli syurga. Yang sedemikian itu karena sesungguhnya syurga itu tidak dapat dimasuki melainkan oleh seorang yang Muslim, sedangkan engkau semua bukanlah ahli kemusyrikan, melainkan seperti rambut putih dalam kulit lembu yang hitam atau seperti rambut hitam dalam kulit lembu yang merah." (Muttafaq 'alaih) 431. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau telah tiba hari kiamat, maka Allah menyerahkan kepada setiap orang Islam akan seorang Yahudi atau Nasrani, lalu Allah berfirman: "Inilah hari kelepasanmu dari neraka." Dalam riwayat lain disebutkan dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Pada hari kiamat datanglah beberapa orang dari kaum Muslimin dengan membawa dosa sebesar gunung-gunung, lalu diampunkanlah oleh Allah untuk mereka itu." (Riwayat Muslim) Keterangan: Sabda Nabi s.a.w.: "Allah menyerahkan kepada setiap orang Islam akan seorang Yahudi atau Nasrani, lalu Allah berfirman: "Ini hari kelepasanmu dari neraka," artinya itu dijelaskan oleh hadis Abu Hurairah r.a. yaitu: "Setiap orang itu mempunyai sebuah tempat di syurga dan sebuah tempat lagi di neraka. Orang mu'min itu apabila telah masuk syurga, maka akan diikuti oleh orang kafir untuk masuk dalam neraka sebab sebenarnya orang kafir itu memang berhak sekali untuk menempati tempat di neraka itu sebab kekafirannya." Adapun arti fakakuka, ialah bahwasanya engkau itu sudah ditampakkan untuk masuk neraka, tetapi hari inilah kelepasanmu dari neraka itu, sebab Allah Ta'ala telah menentukan untuk neraka itu sejumlah isi yang akan menemuinya, maka jikalau kaum kafirin telah memasuki neraka dengan sebab dosa-dosa serta kekafirannya, maka berartilah bahwa peristiwa itu menjadi hari kelepasan kaum Muslimin dari siksa neraka tadi. Wallahu a'lam. 432. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w., bersabda: "Di dekatkanlah orang mu'min itu pada hari kiamat dari Tuhannya,[46] sehingga Allah meletakkan tutupNya atas orang mu'min tadi, kemudian Allah menetapkan semua dosanya, tetapi Allah lalu berfirman: "Adakah engkau mengerti tentang dosanya demikian? Tahukah engkau dosanya sedemikian ini?" Orang itu menjawab: "Ya Tuhanku, saya tahu." Allah lalu berfirman: "Sesungguhnya dosa-dosa itu telah Kututupi untukmu di dunia dan pada hari ini Kuampuni semuanya itu bagimu, kemudian diberikanlah catatan amalan kebaikannya." (Muttafaq 'alaih) Kanafuhu artinya tutup serta rahmatNya. 433. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya ada seorang lelaki memberikan ciuman pada seorang wanita -bukan istrinya, lalu ia mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan padanya akan halnya. Allah Ta'ala lalu menurunkan ayat -yang artinya: "Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang hari dan sebagian dari waktu malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat melenyapkan keburukan-keburukan." Orang itu lalu bertanya: "Apakah ayat itu untukku saja, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Untuk semua umatku." (Muttafaq 'alaih) 434. Dari Anas r.a., katanya: "Ada seorang datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu yang wajib dikenakan had -hukuman, maka laksanakanlah itu untukku." Waktu itu sudah tiba saatnya shalat, lalu ia bershalat bersama Rasulullah s.a.w. Selanjutnya setelah selesai shalatnya, orang itu berkata lagi: "Ya Rasulullah, saya telah melakukan perbuatan yang wajib dikenakan had, maka laksanakanlah itu untukku sesuai dengan kitabullah." Beliau s.a.w. bertanya: "Apakah engkau telah melakukan shalat bersama kita tadi?" Ia menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. bersabda: "Telah diampunkan dosa itu untukmu." (Muttafaq 'alaih) Ucapan orang yang berbunyi Ashabtu haddan itu artinya ialah bahwa orang tadi telah melakukan suatu kemaksiatan yang mewajibkan ia dita'zir. Jadi bukan maksudnya itu merupakan had syar'i yang sebenar-benarnya seperti hadnya orang berzina, minum arak atau selainnya itu, sebab had-had semacam ini tidak dapat gugur hanya dengan melakukan shalat saja, juga bagi seorang imam pemegang kekuasaan negara tidak boleh meninggalkan atau mengabaikannya. 435. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu ridha pada seorang hambaNya, jikalau ia makan sesuatu makanan lalu memuji kepada Allah karena adanya makanan itu, atau minum suatu minuman lalu memuji padaNya karena adanya minuman itu." (Riwayat Muslim) Al-aklatu dengan fathahnya hamzah, ialah sekali makanan yang dilakukan seperti makan siang atau makan malam. Wallahu a'lam. 436. Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu membeberkan -membuka- tanganNya -yakni kerahmatanNya- di waktu malam hari, supaya bertaubatlah orang yang melakukan keburukan pada siang harinya, serta membeberkan -membuka- tanganNya -kerahmatanNya- di siang hari, supaya bertaubatlah orang yang melakukan keburukan pada malam harinya. Hal ini terus -berlaku- sampai matahari terbit dari arah barat -maksudnya sampai dekat tibanya hari kiamat." (Riwayat Muslim) 437. Dari Abu Najih yaitu 'Amr bin 'Abasah -dengan menggunakan 'ain dan ba'- Assulami r.a., katanya: "Dahulu semasih saya berada di zaman Jahiliyah mengira bahwa para manusia itu dalam kesesatan dan bahwasanya mereka itu tidak memperoleh kemanfaatan apa-apa dalam hal mereka menyembah berhala-berhala itu. Kemudian saya mendengar ada seorang lelaki di Makkah yang memberitahukan berbagai berita luar biasa dan agung, lalu saya duduk di atas kendaraanku untuk berpergian, kemudian datanglah saya pada orang itu. Tiba-tiba di kala itu Rasulullah s.a.w. sedang bersembunyi -dari kaum kafirin dan musyrikin. Keadaan kaumnya adalah berani-berani padanya -maksudnya: bukannya serba ketakutan semacam menghadapi raja. Kemudian saya beramah-tamah -dengan seorang Quraisy, sehingga saya memasuki kota Makkah. Kepada orang itu -yakni Rasulullah s.a.w.- saya bertanya: "Siapakah Anda?" Jawabnya: "Saya seorang Nabi." Saya bertanya lagi: "Apakah Nabi itu." Jawabnya: "Saya diutus oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan membawa ajaran apakah Anda diutus?" Jawabnya: "Allah mengutus saya dengan ajaran supaya mempereratkan kekeluargaan, mematahkan semua berhala dan supaya hanya Allah jualah yang dimahaesakan -ditunggalkan- serta tidak disekutukanlah sesuatu denganNya." Saya bertanya pula: "Siapakah yang sudah menjadi peserta Anda?" Jawabnya: "Seorang merdeka dan seorang lagi hamba sahaya." Pada saat itu yang telah menjadi pengikutnya ialah Abu Bakar dan Bilal radhiallahu 'anhuma. Kemudian saya berkata: "Saya ingin menjadi pengikut Anda." Jawabnya: "Sesungguhnya Anda tidak kuat untuk menjadi pengikutku pada saat sekarang ini. Tidak Anda ketahuikah bagaimana hal-ihwalku dan hal-ihwal para manusia ini -yakni bahwa beliau s.a.w. selalu dikejar-kejar untuk disakiti. Tetapi sekarang kembalilah ke tempat keluarga Anda. Nanti jikalau Anda telah mendengar tentang diriku bahwa aku telah muncul -memperoleh kemenangan, maka datanglah padaku." Abu Najih berkata: "Saya lalu pergi menemui keluargaku lagi. Rasulullah s.a.w. datang di Madinah -setelah agak lama dari terjadinya peristiwa di atas-. Saya masih berada di kalangan keluargaku, lalu mulailah saya mencari-cari beberapa berita dan saya bertanya kepada orang banyak ketika datangnya di Madinah, sehingga datanglah kepadanya itu sekelompok dari penduduk Madinah. Saya bertanya kepada orang Madinah: "Apakah yang dilakukan oleh lelaki -yakni Nabi s.a.w.- yang datang di Madinah itu?" Orang-orang menjawab: "Orang-orang sama bergegas-gegas menyambutnya. Kaumnya sendiri sudah menginginkan akan membunuhnya, tetapi mereka tidak dapat melakukan yang sedemikian itu." Selanjutnya datanglah saya di Madinah dan saya masuk menghadap padanya. Kemudian saya berkata: "Ya Rasulullah, adakah Anda mengenal saya?" Beliau menjawab: "Ya, engkau yang menemui saya dahulu di Makkah?" Saya berkata lagi: "Ya Rasulullah beritahukanlah padaku tentang apa-apa yang dipelajarkan oleh Allah pada Anda dan yang saya tidak mengetahuinya. Beritahukanlah kepadaku perihal shalat." Jawabnya: "Shalatlah shalat Subuh, lalu berhentilah melakukan shalat sehingga matahari terbit sampai berada di atas setinggi batang galah, sebab sesungguhnya matahari itu terbit diantara kedua ujung tanduk syaitan dan di saat itu bersujudlah orang-orang kafir pada matahari tadi. Kemudian bershalatlah sesuka hatimu dari shalat-shalat sunnah, sebab sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh para malaikat. Demikian itu sehingga menyedikitlah bayangan galah tadi -jikalau ditanam tegak. Selanjutnya berhentilah melakukan shalat, sebab di kala itu sesungguhnya neraka Jahanam sedang menyala hebat-hebatnya. Jikalau bayangan telah lalu -ke arah timur, maka bershalatlah -yakni Zuhur, sebab sesungguhnya shatat itu disaksikan dan dihadiri oleh para malaikat, sehingga Anda bershalat 'Ashar, kemudian berhenti pulalah melakukan shalat itu, sehingga matahari terbenam, sebab sesungguhnya matahari itu terbenam diantara kedua ujung tanduk syaitan dan di kala itu bersujudlah orang-orang kafir kepada matahari tadi." Abu Najih berkata selanjutnya: "Saya terus berkata lagi: "Ya Nabiyullah, tentang wudhu' beritahukanlah itu kepadaku!" Beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun dari engkau semua yang menyediakan air wudhu'nya, kemudian ia berkumur-kumur lalu mengisap air dalam hidung lalu mengeluarkannya lagi dari hidungnya itu melainkan jatuhlah semua kesalahan wajahnya, mulutnya dan pangkal hidungnya. Kemudian apabila ia membasuh mukanya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan wajahnya dari ujung-ujung janggutnya beserta air, kemudian membasuh kedua tangannya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan kedua tangannya dari jari-jarinya beserta air, kemudian mengusap kepalanya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan kepalanya dari ujung-ujung rambutnya beserta air, kemudian membasuh kedua kakinya sampai kedua tumitnya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan kakinya dari jari-jarinya beserta air. Seterusnya jikalau orang itu berdiri lalu bershalat, bertahmid serta memuji dan memaha agungkan Allah yang memang Allah itu belaka yang ahli -berhak memiliki puji-pujian dan keagungan tadi-, juga mengosongkan hatinya untuk semata-mata ditujukan kepada Allah Ta'ala, maka setelah ia selesai semuanya, ia akan terlepas dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana keadaannya ketika pada hari dilahirkan oleh ibunya -yakni bersih sama sekali dari segala macam kesalahan dan dosa." 'Amr bin 'Abasah memberitahukan hadis ini kepada Abu Umamah, yakni sahabat Rasulullah s.a.w. lalu Abu Umamah berkata padanya: "Hai 'Amr, lihatlah apa yang engkau katakan itu, seorang dapat diberi pahala sebanyak itu hanya dalam satu tempat saja, patutkah sedemikian itu?" Abu Umamah bertanya demikian karena agaknya masih sangsi akan kebenaran hadis yang dibawa oleh 'Amr tadi. 'Amr lalu menjawab: "Hai Abu Umamah, usiaku ini sudah tua, tulang-tulangku pun sudah lemah, bahkan ajalku juga sudah hampir sampai. Saya merasa tidak akan ada gunanya untuk membuat kedustaan atas nama Allah atau atas diri Rasulullah s.a.w. Andaikata saya tidak mendengar sendiri dari Rasulullah s.a.w., melainkan sekali, atau dua kali, tiga kali -sampai dihitung-hitungnya sebanyak tujuh kali, pasti saya tidak akan memberitahukan hadis ini selama-lamanya. Tetapi saya mendengar Hadis itu bahkan lebih banyak lagi dari sekian kali itu." (Riwayat Muslim) Jura-a-u 'alaihi qaumuhu dengan jim yang didhammahkan dan dimadkan menurut wazan 'ulama-u, yakni berani, tidak takut-takut serta tidak ada keseganan. Ini adalah riwayat yang masyhur. Alhumaidi dan lain-lain ahli hadis meriwayatkan hira-un dengan kasrahnya ha' muhmalah dan berkata: "Maknanya ialah pemarah, banyak menderita kesusahan dan kesedihan, telah dialahkan kesabarannya sehingga membekaslah pada tubuh mereka. Hiraun ini berasal dari kata-kata: hara jismuhu yahri, maknanya jikalau telah susut karena terkena penyakit, kesedihan atau lain-lainnya. Yang shahih ialah dengan jim -yakni juraau. Sabda Nabi s.a.w. baina qarnai syaithan maksudnya dari kedua tepi kepala syaitan. Murad sedemikian ini adalah sebagai perumpamaan yang maksudnya bahwa syaitan itu pada ketika terbit atau terbenamnya matahari, selalu bergerak dengan semua pembantu-pembantunya, juga sama memberikan pengaruh kekuasaan buruk. Sabda beliau s.a.w.: yuqarribu wadhu-ahu maknanya ialah mendatangkan air yang akan digunakan untuk berwudhu'. Kharrat khathayahu dengan menggunakan kha' mu'jamah, artinya jatuh. Sebagian ulama meriwayatkan dengan kata: jarat dengan jim, artinya mengalir. Yang shahih ialah dengan kha' dan inilah yang merupakan riwayat Jumhur. Yastantsiru artinya mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada dalam hidungnya. Annatsrah ialah ujung hidung. 438. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w., katanya: "Jikalau Allah menghendaki kerahmatan kepada sesuatu umat, maka diambillah -diwafatkanlah- Nabinya terlebih dahulu sebelum umat itu -binasa-, lalu dijadikanlah Nabi tadi sebagai orang yang dahulu -sebagai perintis kebaikan dalam menyiapkan kemaslahatan-kemaslahatan umat itu serta yang terkemuka- yakni merupakan penarik pahala yang akan dibalas dengan adanya kesabaran atas kematiannya itu. Tapi jikalau Allah menghendaki kerusakan kepada sesuatu umat, maka disiksalah umat itu selagi Nabi mereka masih hidup. Jadi Allah menyiksa umat itu dan Nabi mereka melihat keadaannya, maka Nabinya menetapkan sendiri tentang penglihatan matanya bahwasanya umatnya itu telah menjadi rusak binasa, ketika mereka mendustakan serta bermaksiat padanya -mendurhakai perintahnya-." (Riwayat Muslim) Catatan Kaki: [43]Ini andaikata diperagakan menjadi suatu yang berbentuk sebagai benda, maka karena banyaknya kerahmatan itu, sehingga dapat memenuhi antara langit dan bumi karena amat besar dan agungnya. [44]Lengkapnya ayat di atas ialah: "Dan barangsiapa yang tidak mengikuti aku, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Surat Ibrahim 36. [45]Surah al-Maidah, 118. [46]Didekatkan di sini maksudnya ialah dalam hal dekat memperoleh kemuliaan, kerahmatan dan kebaikan Allah. Jadi bukan dekat jarak atau perihal tempatnya, sebab Allah memang tidak membutuhkan tempat. |